Upaya Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui PTK
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah
suatu proses kontinyu yang tiada pernah berhenti sepanjang hayat masih
dikandung badan. Keinginan untuk belajar merupakan suatu peristiwa alami.
Manusia selalu ingin mengetahui hal baru, atau menggali hal baru, apakah itu
pengetahuan, keterampilan atau apapun. satu hal penting yang pelru kita catat
bahwa belajar terjadi dari peristiwa mengalami (melihat, mendengar, merasakan,
mencoba, melakukan, dan seterusnya). Setiap orang, dalam setiap detik dalam
hidupnya akan mengalami sesuatu dan dari setiap pengalaman tersebut terdapat
hikmah alias “inspirasi”. Orang yang belajar ternyata adalah orang yang pandai
mengambil hikmah (inspirasi) dari setiap apa yang ia alami dalam setiap tarikan
nafasnya
B. APAKAH PENELITIAN TINDAKAN
KELAS (PTK) ITU ?
Pertanyaan di
atas tentu akan menggelitik kita. Betapa tidak, bila kita bicara tentang
penelitian, anggapan orang mengatakan penelitian itu pekerjaan seorang ilmuwan.
Kalau sudah bicara tentang ilmuwan, maka gambaran yang terbersit dalam kacamata
kita adalah pastilah sukar, rumit alias susah binti sulit. Benarkah demikian, Mengapa
sebagian guru merasa penelitian itu sulit? Apakah penelitian itu memerlukan
dana yang besar sehingga harus menunggu bantuan ?
Selama ini,
menulis karya ilmiah merupakan momok bagi para guru. Kurangnya budaya membaca
menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Padahal, menulis itu dimulai
dari banyak membaca. Kalau sudah banyak membaca, tentunya guru akan tertarik
untuk meneliti. Penelitian dimulai dari adanya masalah. Masalah dapat
dipecahkan bila kita melakukan penelitian. Penelitian dapat dilakukan bila
adanya upaya dari guru untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Masalah PTK harus berawal
dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
PTK atau
Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh
guru di dalam kelas. Penelitian Tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian
“riset-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan…”, yang dilakukan secara siklus,
dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa
jenis Penelitian Tindakan, dua di antaranya adalah individual action research
dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu
classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk
pada hal yang sama. Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun
data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian Tindakan atau
Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji
hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research
lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya
tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja
diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar belakang yang mirip dengan yang
dimiliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal
dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian
Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian
Formal
|
Classroom Action Research
|
Dilakukan
oleh orang lain
|
Dilakukan
oleh guru itu sendiri
|
Sampel
harus representative
|
Kerepresentatifan
sampel tidak diperhatikan
|
Instrumen
harus valid dan reliable
|
Instrumen
yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
|
Menuntut
penggunaan analisis statistic
|
Tidak
diperlukan analisis statistik yang rumit
|
Mempersyaratkan
hipotesis
|
Tidak
selalu menggunakan hipotesis
|
Mengembangkan
teori
|
Memperbaiki
praktik pembelajaran secara langsung
|
Dalam PTK,
guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian
berupa kegiatan pembelajaran. Guru adalah orang yang paling akrab dengan
kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru-siswa berlangsung
secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif
yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di
kelasnya. Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya.
Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti
kaidah-kaidah penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai
pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar
diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau
petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para
guru.
Sehubungan hal
itu, Fasli Jalal (2006) dalam makalahnya berjudul "Peningkatan Mutu
Pendidikan" mengatakan bahwa; "Pada tahun 2007 pemerintah telah
memprogramkan tiga kegiatan utama peningkatan profesional guru berkelanjutan
berkolaborasi dengan LPTK dan menyediakan dana block grant untuk itu, yakni
kegiatan; (1) penelitian tindakan kelas (PTK) bagi 3.837 guru dengan alokasi
dana sebesar Rp. 13.653.600.000,-; (2) bimbingan karya tulis ilmiah bagi 10.000
guru dengan alokasi dana sebesar Rp. 50.000.000.000,-; dan (3) pertemuan ilmiah
guru, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pemerintah juga
memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan
penulisan buku pelajaran”.
C. MANFAAT PTK BAGI GURU
Manfaat PTK
bagi guru sangat banyak sekali Diantaranya adalah membantu guru memperbaiki
mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya
diri guru, memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan, dan
keterampilannya.
Namun
demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa
keterbatasan, yang diantaranya : validitasnya yang masih sering disangsikan,
tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas, peran
guru yang ‘one man show’ bertindak sebagai pengajar dan sekaligus peneliti
sering kali membuat dirinya menjadi sangat repot (very busy).
Dengan
melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan sangat baik akibatnya bila
guru sekolah negeri atau PNS akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB
yang mengharuskan guru untuk menuliskan karya tulis. Begitu pun untuk guru
sekolah swasta, PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan
profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program sertifikasi
dari pemerintah.
Setiap hari
guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada
putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk
PTK sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau mengobrollah dengan teman
sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan
Anda selama ini.
Adanya masalah
yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya merupakan awal
dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan
proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau
hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar
siswa. Langkah menemukan masalah akan dilanjutkan dengan menganalisis dan
merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan,
mengamati, dan melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat dibedakan antara
pengamatan dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada proses, sedangkan
refleksi merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan.
D. SIKLUS PTK
Untuk
melaksanakan PTK, dibutuhkan perencanaan (planning) yang matang setelah kita
tahu ada masalah dalam pembelajaran kita. Perencanaan itu harus diwujudkan
dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi dari tindakan
sebelumnya. Lalu kemudian diadakan pengamatan (observing) yang teliti tentang
proses pelaksanaannya. Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi
(reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
Keempat
langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, tindakan, mengamati, dan refleksi
merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus
selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang
belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama
seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau
pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. Siklus yang baik,
biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam
bulan atau satu semester.
Keempat langkah dalam setiap siklus
dapat digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan Tindakan
Pengamatan Refleksi Siklus I
Model Kurt
Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research,
terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan
action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari
empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart
merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti
yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu
kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi
dalam waktu yang sama. Tahap perencanaan PTK terdiri atas mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan. Adapun
tahapannya adalah sebagai berikut :
- Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah
Selama
mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang
bersifat pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun banyak
masalah, ada kalanya guru tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau masalah
yang dirasakan guru kemungkinan masih kabur sehingga guru perlu merenung atau
melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Oleh karena
itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru menemukan masalah
atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan
kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Guru tidak mungkin memecahkan
semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu PTK.
Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai
strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang
lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain;
dua-duanya akan terpecahkan sekaligus.
Untuk dapat
memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu
berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai
prerekuisit. Akhirnya seorang guru dapat memilih salah satu dari
masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
Masalah
pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian
materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas.
Jika Anda sebagai guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi
sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada
pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah
pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media,
sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila
Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif,
Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu
kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting untuk
dimunculkan. Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan kembali apa yang
telah dilakukan. Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir
setiap pembelajaran yang dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan
masalah yang dicarinya. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka
seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang
dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya.
Setelah
mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah
agar dapat dilakukan tindakan (acting). Dalam PTK, semua masalah harus
berada dalam kendali guru dan bukan orang lain.. Guru harus dapat mengendalikan
semua masalah yang ada di kelasnya. Jika Anda sebagai guru yakin bahwa
ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran
dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK untuk meningkatkan
kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan
terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan
bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di
dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada
di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat
jalan raya. Masalah yang dibahas pun jangan terlalu besar, misalnya Nilai Ujian
Nasional (UN) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang
terlalu besar untuk dipecahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang
cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UN sangat kompleks
mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk
Anda pecahkan. Masalah pun jangan terlalu kecil. Masalah yang terlalu kecil
baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun
jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika
penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam
mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya
menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut
kepentingan sebagian besar siswa.
Contoh permasalahan PTK : Ibu Netty
seorang guru sejarah menemukan rendahnya motivasi sebagian besar siswa untuk
menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru di kelasnya. Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat
merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis karena
diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan
keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar.
Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan
siswa tentang ‘belajar bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK lainnya dari
masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan
memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya seorang harus merasa memiliki
dan senang terhadap masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa
penasaran guru terhadap masalah itu dan keinginan guru untuk segera tahu
hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan. Apakah terjadi perubahan ataukah
tidak. Di dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda
sebagai guru ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah
masalah yang masuk di akal dan nyata (riil), ada dalam pekerjaan Anda
sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda
dampak negatifnya cukup besar). Masalah yang dikupas dalam PTK adalah masalah
yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan rekayasa
guru.
- Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Terkadang
secara tidak sadar guru telah melakukan PTK, yakni ketika guru melakukan
evaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan tindak lanjutnya. Jika masalah sudah
ditetapkan, maka masalah ini perlu dianalisis dan dirumuskan. Mengapa demikian
? Tujuannya adalah agar guru paham akan hakikat masalah yang dihadapi, terutama
apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Perumusan masalah didapatkan
dari berbagai masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas, lalu
pilihlah masalah yang akan dikupas sesuai dengan kerangka teoritis yang
dimiliki.
Untuk mengetahui penyebabnya, setiap
masalah harus dianalisis, dengan mengacu kepada kerangka teoritis dan
pengalaman yang relevan sehingga guru dapat merencanakan pelaksanaan tindakan.
Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh permasalahan Ibu Netty yang
mengajar sejarah, guru dapat mengacu kepada teori keterampilan bertanya, dan
mencari penyebabnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : 1) Apakah rumusan
pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah cukup jelas dan singkat ? 2) Apakah
guru sejarah memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum meminta siswa
menjawab ?
Jika setelah
dianalisis, kedua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, tentu harus dicari
penyebab lainnya, misalnya : apakah penjelasan guru sejarah cukup jelas bagi
siswa, apakah bahasa yang digunakan guru sejarah mudah dipahami, dan apakah
ketika menjelaskan guru sejarah memberikan contoh-contoh. Jika umpamanya kedua
pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kita sudah dapat jawaban sementara,
yaitu penyebab siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru adalah karena
pertanyaan yang diajukan guru sejarah tidak jelas dan sering panjang dan
berbelit-belit, serta guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpikir. Jika ini yang dianggap sebagai penyebab, maka guru sejarah dapat
merencanakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menyusun pertanyaan tersebut
secara cermat, serta berusaha memberikan waktu untuk berpikir sebelum meminta
siswa menjawab pertanyaan. Menganalisis dan merumuskan masalah bukanlah sebuah
pekerjaan mudah. Diperlukan kecermatan guru dalam menganalisis dan merumuskan
masalah. Masalah yang dirumuskan harus menjadi bahan dalam penulisan laporan
PTK.
- Merencanakan Tindakan Perbaikan
Berdasarkan
rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba
mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan
perkataan lain, dalam langkah ini, guru merancang tindakan perbaikan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk merancang suatu tindakan
perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori yang relevan, (2) bertanya
kepada ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan teman sejawat. Ahli terkait
mungkin ahli pembelajaran, mungkin pula ahli bidang studi atau pembelajaran
bidang studi. Rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran.
Mari kita ambil kasus ibu Netty lagi, yaitu masalah pertanyaan guru yang tidak
terjawab oleh siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertanyaan yang disusun
guru terlampau panjang dan kurang jelas. Di samping itu, guru sering langsung
meminta jawaban setelah mengajukan pertanyaan, dan kadang-kadang langsung
mengarahkan pertanyaan ini pada siswa tertentu, sehingga siswa yang lain tidak
memperhatikan pertanyaan tersebut. Akibatnya, hampir selalu pertanyaan tidak
terjawab dan Ibu Netty sering harus menjawab pertanyaannya sendiri atau
melupakan pertanyaan tersebut. Dari hasil analisis tersebut, penyebab
pertanyaan Ibu Netty yang tidak terjawab adalah: Pertanyaan Ibu Netty terlampau
panjang dan tidak jelas Ibu Netty tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpikir dan Ibu Netty sering mengajukan pertanyaan dengan menunjuk kepada
siswa tertentu. Apabila dikaji secara cermat ternyata ketiga penyebab tersebut
berkaitan dengan pembelajaran, dalam hal ini keterampilan dasar mengajar, yaitu
keterampilan bertanya. Oleh karena itu, tindakan perbaikan yang harus dilakukan
guru adalah meningkatkan keterampilan bertanya. Tindakan perbaikan ini kita
cantumkan dalam rencana pembelajaran yang kita gunakan dalam mengajar. Satu hal
yang sangat perlu kita perhatikan adalah bahwa PTK dilakukan dalam pembelajaran
biasa, tidak ada kelas khusus untuk melakukan PTK karena pada hakikatnya PTK dilakukan
oleh guru sendiri di kelasnya sendiri. Contoh PTK lainnya adalah: “Jika diberi
pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa
merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain.
Pelajaran yang guru berikan adalah geografi, tetapi guru sering mengaitkan
pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika guru
meminta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap
perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah
dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Guru
khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis.
Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat
diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap
hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang
tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa
mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga
mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata
pelajaran lain.” Karena itu, di dalam PTK, guru perlu juga berkolaborasi dengan
guru lainnya. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam PTK
guru perlu bertukar fikiran dengan guru mitra lainnya dari mata pelajaran
sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan dan menyelesaikan
masalah pembelajaran.
E. BAGAIMANA MELAKSANAKAN PTK
DI SEKOLAH ?
Dengan melihat
contoh kasus Ibu Netty, tindakan pertama adalah implementasi serangkaian
kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi masalah.
Karena penyebab pertanyaan Ibu Netty yang sering tidak terjawab sudah
diketahui, maka tindakan yang harus dilakukannya adalah : (1) Membuat
pertanyaan secara jelas dan tidak terlampau panjang. (2) Pertanyaan ditujukan
kepada seluruh siswa. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dulu
sebelum menjawab. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai
pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui
telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran
selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan pengamatan
selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan dilakukan
observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi siswa
menjawab pertanyaan guru meningkat ?.Apakah hasil belajar siswa meningkat ?
Data yang dikumpulkan selama tindakan
berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan
refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat dan
menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan
bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat
keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil
refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi pertama dapat dilakukan oleh guru
bersama siswa dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan
tindakan pada siklus pertama dengan jalan mengidentifikasi baik
kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau
hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan
dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki
rencana tindakan pada siklus kedua atau siklus berikutnya Refleksi yang
dilakukan pada akhir siklus pertama bertujuan untuk meng-identifikasi baik
kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau
hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan
untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya. Tindakan
kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi
untuk mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses
belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut
aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi kedua juga
dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis
pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik
kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau
hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Berdasarkan
hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan
tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Apabila pada siklus kedua tujuan PTK sudah dapat tercapai, maka
tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum
tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Kemudian, setelah mendapat persetujuan
dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki
rencana tindakan pada siklus ketiga. Guru dapat membuat jurnal atau catatan
seluruh kegiatan PTK yang telah dilakukannya. Catatan tersebut dapat digunakan
untuk menyusun suatu karya ilmiah yang dapat disebarluaskan menjadi suatu
inovasi, dan dapat dimanfaatkan oleh guru-guru lainnya dalam melaksanakan PTK.
F. IMPLEMENTASI PTK DALAM
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan
dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan
dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan
masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan
benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.
Tulisan ini
membahas bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
kualitas pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah yang ingin
diselesaikan, bentuk dan skenario tindakan, pengembangan instrumen untuk
mengukur keberhasilan tindakan, serta prosedur analisis dan interpretasi data
penelitian.
- Diagnosis dan Penetapan Masalah.
Masalah PTK yang ada di sekolah hendaknya
berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh
karena itu, diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh orang lain yang
bukan guru, lalu ”ditawarkan” kepada orang lain yang bukan guru untuk
dipecahkan tetapi sebaiknya justru dilakukan bersama-sama oleh sesama guru.
Pada kenyataannya seorang guru dapat mengajak guru lainnya, di luar bidang
studinya untuk berkolaborasi melakukan PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang
dihadapi guru yang mungkin dapat diteliti melalui PTK. Guru yang telah
berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat langsung
mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama
dan kemudian membahas masalah tersebut dengan guru lainnya yang lebih senior.
Lain halnya
dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum
dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti
bersama guru lainnya. Dalam hal ini guru perlu meminta izin kepada guru yang
bersangkutan untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah
pembelajaran berakhir guru senior atau teman sejawat dapat terlebih dahulu
menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum
mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan guru. Guru boleh mengajukan
permasalahan kepada guru lainnya, bila guru tidak dapat mendeteksi adanya
masalah di kelasnya.
Di dalam
mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru harus ingat bahwa tidak semua topik
penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat
“dikembangkan berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau
satu tahun yang dapat dipilih menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan”
berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu bulan, rumusan
masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti
atau dimodifikasi.
Dalam kegiatan
di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan
berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan bidang
pengelolaan kelas, proses kegiatan belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan
sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana peningkatan personal dan
profesional. PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam
rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2) meningkatkan partisipasi
siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan 4)
mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar. PTK yang dikaitkan
dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam rangka: 1) menerapkan
berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan kurikulum, 3) meningkatkan peranan
siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi. PTK yang dikaitkan
dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber
lingkungan, dan 3) peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal
dan profesional dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara
siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar,
3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan kompetensi
guru secara profesional.
Dari sekian
banyak kemungkinan masalah, guru perlu mendiagnosis masalah apa atau masalah
mana yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan
dilakukan bersama itu. Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh guru
setelah menganalisis seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru untuk
memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya.
Penetapan
masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan
perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin ditetapkan
bersama antara guru dapat berupa rumusan sebagai berikut: Bagaimana
membelajarkan siswa dengan materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar ?
Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa: Bagaimana
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar ? yang “ideal” itu dapat
meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar”
menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif
secara mental maupun fisik, aktif berpikir) ? Bagaimana menghubungkan materi
pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat
menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan
sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya ?
Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan
materi ? Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif ?
Striger (2004) memberikan arahan untuk
memfokuskan penelitian dengan jelas setelah melakukan refleksi mengenai apa
yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta peristiwa yang terkait
dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.
§ Isu
atau topik yang ingin diteliti
Definisikan apa isu atau peristiwa
yang menimbulkan permasalahan.
§ Masalah
penelitian:
Nyatakan isu sebagai suatu masalah.
Rumusan masalah: Tuliskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang dapat dipahami.
§ Manfaat
Penelitian:
Deskripsikan apa yang diharapkan dapat
diperoleh dengan meneliti masalah ini. Misalnya dipilih masalah sebagai
berikut: Isu : Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan
pertanyaan dalam pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Masalah : Siswa
perlu digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin
”hands on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin ”hearts on”).
Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan
partisipasi siswa dalam kelas ? Rumusan masalah PTK yang lengkap biasanya
berupa suatu pertanyaan dalam bentuk ”Masalah apa yang terjadi di kelas,
bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk itu, di
kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi ?”Contoh fokus masalah (rumusan masalah
yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Bagaimana
peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on”
maupun ”hearts on” ?
§ Tujuan
penelitian:
Merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian. Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi
penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands
on”, ”minds on” maupun ”hearts on”.
Setelah ditetapkan fokus masalah
seperti itu guru berdiskusi dengan guru lainnya untuk mengadakan gagas pendapat
mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah.
B. Bentuk dan Skenario Tindakan Gagas
pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi
akan menghasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih. Guru perlu
membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa yang kira-kira
paling dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam
tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan
disusun guru. Tindakan yang dipilih dapat disebutkan sebagai suatu nama
tindakan (misalnya penugasan siswa membaca materi pelajaran 10 menit sebelum
pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan salah satu bentuk media pembelajaran
(misalnya penggunaan peta konsep, penggunaan lingkungan sekitar sekolah,
penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat pula dalam bentuk suatu strategi
pembelajaran. Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK perlu
direncanakan dengan cermat. Perencanaan pelaksanaan tindakan ini dituangkan
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau dalam bentuk Skenario
Pembelajaran.
C. Pengembangan Instrumen untuk
Mengukur Keberhasilan Tindakan Instrumen yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK.
Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi
yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati. Dari sisi proses (bagan alirnya),
instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yang berkaitan dengan input
(kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil). a. Instrumen
untuk input Instrumen untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi
akar masalah beserta pendukungnya. Misalnya: akar masalah adalah bekal
awal/prestasi tertentu dari peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini
tes bekal awal dapat menjadi instrumen yang tepat. Di samping itu, mungkin
diperlukan pula instrumen pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan
yang akan dilakukan, misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks
dalam kondisi awal, dst. b. Instrumen untuk proses Instrumen yang digunakan
pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih untuk
dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat digunakan. Akan tetapi,
format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih. c.
Instrumen untuk output Adapun instrumen untuk output berkaitan erat dengan
evaluasi pencapaian hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya:
nilai 75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan (pada saat dilaksanakan
tes bekal awal, nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian
hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan-tindakan
lagi (pada siklus berikutnya). Selain dari sisi proses (bagan alir), instrumen
dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari sisi hal yang diamati,
instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk
mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas (observing
classroom), dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing students).
a. Pengamatan terhadap Guru (Observing Teachers) Pengamatan merupakan alat yang
terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang
diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa
terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah
catatan anekdotal (anecdotal record). Catatan anekdotal memfokuskan pada
hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam
kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat
deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal
tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan
anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu: 1) pengamat harus
mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas, 2) tujuan,
batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas, 3) hasil pengamatan dicatat
lengkap dan hati-hati, dan 4) pengamatan harus dilakukan secara objektif.
Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992)
dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a) Catatan Anekdotal Peristiwa
dalam Pembelajaran, b) Catatan Anecdotal Interaksi Guru-Siswa, c) Catatan
Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar, d) Pengamatan Terstruktur (Structured
Observation), e) Lembar Pengamatan Model Manajemen Kelas, f) Lembar Pengamatan
Keterampilan Bertanya, g) Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran, h) Catatan
Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving
Students), dsb. b. Pengamatan terhadap Kelas (Observing Classrooms) Catatan
anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian
yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat
mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping
itu, pengamatan itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam
menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan
anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata
letaknya, dan manajemen kelas. Beberapa model catatan anekdotal kelas yang
diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara
lain:a) Format Anekdotal Organisasi Kelas, b) Format Peta Kelas, c) Observasi
Kelas Terstruktur, d) Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas, e)
Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah, f) Lembar Cek Kompetensi dsb. c.
Pengamatan terhadap Siswa (Observing Students). Pengamatan atau observasi
terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik.
Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok
sebelum pembelajaran dimulai, saat berlangsungnya pembelajaran, dan sesudah
usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam
kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan diberikan. Dibutuhkan kejelian guru
dalam proses pengamatan agar PTK berjalan baik. Beberapa model pengamatan
terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat
digunakan dalam PTK, antara lain: a) Tes Diagnostik, b) Catatan Anekdotal
Perilaku Siswa, c) Format Bayangan (Shadowing Form), d) Kartu Profil Siswa
(Profile Card of Students), e) Grafik Deskripsi Profil Siswa, e) Sistem Koding
Partisipasi Siswa, f) Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence
Inventory), g) Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for
Reflection), h) Sosiogram, dsb Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data PTK dapat berwujud: (1) Pedoman
Pengamatan. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara
aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan
dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal
harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat
perekam elektronik, atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan
sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan
proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat
digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan
suatu proses. (2) Pedoman Wawancara Untuk memperoleh data dan atau informasi
yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat
melakukan wawancara kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara
digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau
wawasan.Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara
hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan
sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman
wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap
masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang
berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun
harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi. (3)
Angket atau kuesioner Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari
permasalahan yang ingin digali. Angket dibuat oleh guru sendiri sesuai dengan
masalah yang diteliti.(4) Pedoman Pengkajian Data dokumen Dokumen yang dikaji
dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya
guru, arsip, lembar kerja dll. (5) Tes dan Asesment Alternatif Pengambilan data
yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat
dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan
berbagai prosedur asesment. Instrumen ini dikembangkan pada saat penyusunan
usulan penelitian atau setelah usulan penelitian disetujui untuk didanai dan
dilaksanakan.
Keuntungannya bila instrumen
dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah peneliti telah mempersiapkan
diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di
lapangan. Pengukuran keberhasilan tindakan sedapat mungkin telah ditetapkan
caranya sejak awal penelitian, demikian pula kriteria keberhasilan tindakannya.
Keberhasilan tindakan ini disebut sebagai indikator keberhasilan tindakan.
Indikator keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan berdasarkan suatu ukuran
standar yang berlaku. Misalnya: pencapaian penguasaan kompetensi sebesar 75%
ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan belajar (pada saat dilaksanakan tes
awal, nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang
belum sampai 75% diartikan masih perlu dilakukan tindakan lagi (pada siklus
berikutnya). D. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian Dalam PTK,
perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa
metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi
problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.
Kasus-kasus yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas dapat dipecahkan dengan cara guru melakukan PTK di
kelasnya sendiri sehingga guru dapat memperbaiki kinerjanya dan menelaah
manfaat dan dampaknya bagi peserta didik. 1. Analisis Data Penelitian.
Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi: a) validasi hipotesis dengan
menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu
uji statistik); b). interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau
pendapat guru; c). tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor
dengan teknik penelitian kelas. Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil
pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data.
Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman proses pembelajaran dengan video
tape recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah
yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan guru lainnya.
Pada proses analisis dibahas apa yang
diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti
yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang
diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut 2. Validasi Hipَtesis Validasi hipotesis adalah
diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.Jika di dalam desain penelitian
tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap
tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi.
Validasi ini dimaksudkan untuk menguji
atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang
dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis
tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan
jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK.
Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi,
mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan
aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh
divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait
untuk memperoleh kesimpulan yang objektif. 3. Interpretasi Data Penelitian
Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang
dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang
telah divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang
telah diterima oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan. 4. Penyusunan Laporan
Penelitian Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada
umumnya peneliti terlebih dulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan
secara ringkas apa saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum
penelitian) yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang
merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan
mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi kegiatan guru, observasi situasi
dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa.
Paparan data itu kemudian diringkas
dalam bentuk temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil observasi dan
evaluasi yang disarikan dari paparan data.Berikutnya berdasarkan temuan data
dilakukan refleksi hasil tindakan siklus pertama yang dijadikan dasar untuk
merencanakan tindakan untuk siklus kedua. Di sini dapat dibandingkan hasil
siklus pertama dengan indikator keberhasilan tindakan siklus pertama yang telah
ditetapkan berdasarkan refleksi awal. Paparan data siklus kedua juga lengkap
mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan paparan data
dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi dasar refleksi
tindakan siklus kedua, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan untuk siklus ketiga. Peneliti dapat membandingkan hasil siklus kedua
ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus kedua yang telah ditetapkan
berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus kesatu. Jadi prosedur analisis dan
interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan
meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi. E. Desain Penelitian
Tindakan Kelas
Penerapan desain atau model–model PTK
seperti yang telah banyak dikemukakan dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran,
terutama mata pelajaran yang di dalamnya terdapat praktik. Untuk itu mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, bahasa inggris, Biologi, dan sebagainya
juga dapat menerapkan salah satu desain. Apakah akan diterapkan tersebut model
Kurt Lewin, model Kemmis & McTaggart, ataupun model yang lainnya ? Hal ini
bergantung kepada permasalahan yang dihadapi praktisi di lapangan ataupun
bergantung pada pemahaman dan kemampuan para praktisi di lapangan terhadap
suatu model PTK atau dalam menerapkan salah satu model PTK. Yang perlu
mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan diterapkan suatu model PTK ialah
bahwa terdapat langkah – langkah yang seharusnya diikuti oleh peneliti/guru,
yaitu: 1) ide awal, 2) prasurvei/temuan awal, 3) diagnose, 4) perencanaan, 5) Implementasi
tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, 8) Laporan, dan kepada Siapa Hasil PTK
dilaporkan.
- Ide Awal Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik yang berupa penelitian positivisme, naturalistic, analisis isi maupun PTK pasti diawali dengan gagasan–gagasan atau ide–ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat dikerjakan atau dilaksanakan. Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan.
- Prasurvei Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.
- Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis atau dugaan–dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasinya PTK.
- Perencanaan Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan ulang (replanning). Hal–hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar–mengajar.
- Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di ajarkan atau dibahas dan sebagainya. PTK bersifat emansipatoris dan membebaskan (Liberating), karena mendorong kebebasan guru dalam berpikir dan berargumentasi dalam bereksperimen, meneliti, dan mengambil keputusan atau judgment.
- Pengamatan Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.
- Refleksi Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait denga suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.
- Penyusunan Laporan PTK Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Penyusunan laporan harus sistematis dan sesuai dengan acuan yang telah diberikan dalam pelatihan PTK. Sebenarnya , PTK yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self reflection, yang paad akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil pelaksanan PTK yng berupa terjadinya inovasi pembelajaran akan dilaporkan kepada diri si peneliti (Guru) sendiri. Guru perlu mengarsipkan langkah–langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitas PTK demi perbaikan proses pembelajaran. Namun demikian, hasil PTK yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini ditulis belum merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna lain. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat, pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan akademis/ilmiah sebagai kreativitas seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa.
G. Penutup
PTK merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan
guru. Dalam pelaksanaannya para guru perlu melakukan segala langkah penelitian
ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri khas
penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan
masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh guru sendiri,
guru dan teman sejawat dapat saling berkolaborasi. Tahapan penelitian dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat diulang
sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan
dalam rangka memecahkan masalah. Disarankan guru dan teman sejawat dapat secara
kolaboratif melakukan PTK ini untuk peningkatan keprofesionalannya. Proposal
usulan PTK perlu dibuat sebagai pedoman (tuntunan) dalam melaksanakan
penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya guru peneliti harus
berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor
atau lembaga pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan
penelitian, artikel dan sumber-sumber mengenai PTK. Penulis menaruh harapan
besar mengenai pentingnya PTK ini untuk para guru, yaitu agar makin banyak guru
di seluruh Indonesia yang melaksanakan PTK di sekolahnya masing-masing.
Keinginan lainnya adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu guru tidak hanya
sekedar melaksanakan, tapi juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan
guru lainnya melalui media komunikasi atau internet. Akhir kata, penulis
ingatkan kembali bahwa profesi guru adalah profesi mulia yang memerlukan kreativitas
pengembangan terus-menerus dan tidak sembarang orang dapat melakukannnya.
Karenanya setiap guru harus selalu siap, mau, dan mampu untuk membelajarkan
dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih mampu membelajarkan anak didiknya. PTK
merupakan salah satu sarana belajar sepanjang hayat yang penting yang perlu
dikuasai oleh setiap guru yang mau mengembangkan keprofesionalannya. Tuntutan
terhadap sikap profesional guru dalam masyarakat kita harus disikapi sebagai
harapan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam mendidik anak-anak kita
menjadi cerdas.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.
(1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta
: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Fasli
Jalal (2006). Peningkatan Mutu Pendidikan. (Seminar Nasional
Pendidikan). Jakarta
Hardjodipuro, S. (1997). Action
Research. Jakarta: IKIP Jakarta.
Ishaq, M. F(1997). Action Research.
Malang: Depdiknas.
Mukhlis,
A. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah.
Surabaya: Unesa.
Rochiati
Wiriatmadja, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung dan
Rosda
Supriyadi,
(2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta
Susilo,
H. (2003). "Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi
Pengembangan Profesi Guru dan Dosen MIPA." Makalah Seminar Exchange
Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi
KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003.
Tim
Pelatih Proyek GSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tim
PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan
Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.
0 comments:
Posting Komentar