Kata
persediaan (atau persediaan barang dagangan) secara umum ditujukan untuk
barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir
maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap
untuk dijual. Menurut Stice, Stice, Skousen (2004:654) jenis jenis persediaan
yaitu :“Bahan baku (raw materials), barang dalam proses (work in proses), dan
barang jadi (finished goods) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di
perusahaan manufaktur”. Sedangkan menurut Richardus Eko Indrajit, Richardus
Djokopranoto (2003:8) “Persediaan dapat dibagi beberapa jenis atau klasifikasi
adalah sebagai berikut : (1) Bahan baku, (2) Barang Setengah Jadi, (3) Barang Jadi,
(4) Barang Umum dan Suku Cadang, (5) Barang untuk proyek, (6) Barang Dagangan”.
Secara garis
besar, persediaan dapat dikelompakkan/digolongkan sebagai berikut:
1.
Bahan Baku adalah barang-barang yang dibeli untuk
digunakan dalam proses produksi. Sebagian bahan baku diambil langsung dari
sumber aslinya. Namun yang yang lebih sering terjadi, bahan baku dibeli dari
perusahaan lain yang merupakan barang jadi dari sisi pemasok. Bahan baku
terbagi atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku
langsung (direct materials) adalah bahan yang secara fisik akan dimasukkan
dalam barang yang sedang di produksi, karena bahan ini digunakan secara
langsung dalam proses produksi barang. Bahan baku tidak langsung (indirect
material) ditujukan untuk bahan pendukung yaitu bahan baku penting digunakan
dalam proses produksi tapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk.
2.
Barang Dalam Proses terdiri dari
bahan-bahan yang telah diposes namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut
sebelum dapat dijual. Persediaan ini terdiri dari tiga komponen biaya yaitu:
a)
Bahan
Baku Langsung, yaitu biaya bahan baku yang secara langsung dapat
diidentifikasi dalam barang yang diproduksi.
b)
Tenaga Kerja
Langsung, yaitu biaya tenaga kerja secara langsung dapat diidentifikasikan
dengan barang yang diproduksi.
c)
Overhead
Pabrik, yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang
diproduksi.
3.
Barang Setengah Jadi adalah barang yang masih memerlukan proses
produksi untuk dijadikan bahan siap pakai atau bahan jadi. Contoh barang
setengah jadi, antara lain benang untuk membuat kain, kain untuk membentuk
pakaian, kulit untuk membuat tas, dan sebagainya.
Barang
Setengah Jadi (Bahasa Inggris: intermediate goods)
atau barang produsen adalah barang yang digunakan sebagai bahan masukan produksi barang lain. Suatu perusahaan dapat membuat selanjutnya menggunakan barang setengah jadi, atau
membuat selanjutnya menjual, atau membeli barang setengah jadi. Dalam proses
produksi, barang setengah jadi dapat menjadi bagian dari barang jadi, atau diubah sampai tak dikenali lagi.
Contoh Barang Setengah Jadi
adalah mesin mobil, beberapa perusahaan membuat dan menggunakannya sendiri,
sementara produsen lainnya membelinya dari perusahaan lain sebagai barang
setengah jadi.
4.
Barang Produksi atau Barang Manufaktur adalah
barang yang telah diproses dengan suatu cara. Barang jenis ini adalah lawan
dari bahan mentah, dan dapat terdiri dari barang
setengah jadi ataupun barang jadi.
5.
Bahan Penolong adalah
bahan yang digunakan dalam proses produksi danditambahkan kedalam proses pembuatan produk
yang mana komponennya tidak tidak terdapat pada produk akhir.
6.
Barang Jadi adalah barang yang selesai diproduksi dan
menunggu untuk dijual. Setelah produk selesai diproduksi, biaya yang
diakumulasikan dalam proses produksi di transfer dari akun persediaan barang
dalam proses ke akun persediaan barang jadi. Jadi untuk menentukan apakah
barang tersebut merupakan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi
bagi suatu perusahaan harus dilihat apakah barang tersebut sebagai input atau
output dari perusahaan tersebut.
PENGERTIAN BAHAN BAKU DAN BARANG JADI
Pengertian Bahan Baku menurut Stice, Skousen (2004:165)
mendefinisikan bahan baku sebagai berikut : “Bahan baku adalah barang-barang
yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi”.
Menurut
Baridwan Zaki (2003 : 150) mendefinisikan bahan
baku seabagai berikut : “ Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi
bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya”.
Menurut
Ekoindrajit, djokopranoto (2003:8) mendefinisikan bahan baku : “Bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah
menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan”.
Dari definisi
diatas dapat dijelaskan bahwa Bahan Baku adalah barang yang
digunakan untuk melakukan proses produksi, selain itu bahan baku juga bisa
digunakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan (langsung dijual).
Pengertian
Barang jadi menurut Stice, Skousen (2004:665) mendefinisikan barang jadi
sebagai berikut : “Barang Jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi dan
menunggu untuk dijual ”.
Sedangkan menurut Eko Indrajit, Djokopranoto (2003:9) “Barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan atau dijual”. Jadi, Barang Jadi ialah barang sudah selesai diproduksi dan siap untuk dijual dipasaran.
Sedangkan menurut Eko Indrajit, Djokopranoto (2003:9) “Barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan atau dijual”. Jadi, Barang Jadi ialah barang sudah selesai diproduksi dan siap untuk dijual dipasaran.
PENGENDALIAN INTERNAL BAHAN BAKU DAN BARANG JADI
1. Lingkungan Pengendalian Internal Bahan Baku
dan Barang Jadi
Lingkungan pengendalian merupakan
pondasi dari semua komponen lain dari sistem pengendalian. Lingkungan
pengendalian merupakan efek kumpulan dari beragam faktor pada pembuatan, penguatan
atau mengurangi efektifitas dari kebijakan dan prosedur khusus. Dengan kata
lain lingkungan pengendalian mengatur keseluruhan kegiatan dari organisasi dan
mempengaruhi kesadaran kontrol dari karyawan.
Dalam lingkungan pengendalian
faktor yang berpengaruh adalah nilai integritas dan etika, komitmen kepada
kompetensi, filosofi manajemen dan gaya operasional, perhatian dan arahan yang
diberikan oleh dewan direksi dan komitenya, cara memberi otoritas dan tanggung
jawab, serta kebijakan dan prosedur. Lingkungan pengendalian terhadap bahan
baku dan barang jadi yaitu menyangkut integritas dan etika dalam menangani
bahan baku dan barang jadi. Pemberian keputusan terhadap penanganan bahan baku
dan barang jadi oleh pimpinan perusahaan, struktur organisasi dalam
mempengaruhi pelaksanaan pengengendalian bahan baku dan barang jadi, dengan
menetapkan pemisahan fungsi dan tugas yang menunjukkan pembagian kerja.
Mengingat salah satu kelemahan dalam lingkungan pengendalian adalah faktor
manusia/ karyawan perusahaan. Dimana yang melaksanakan pengendalian bahan baku
dan barang jadi adalah karyawan yang memiliki keterbatasan sebagai manusia
biasa, sehingga masalah mutu dan mental karyawan sangat penting dalam
lingkungan pengendalian bahan baku dan barang jadi. Untuk itu sangat diperlukan
etika dan integritas karyawan.
Menurut Mulyadi (2001:167)
mengatakan “Apabila sudah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur yang
baik, tetapi tingkat kecakapan pegawai/karyawan tidak memenuhi syarat yang
dibutuhkan, maka sistem pengendalian intern tidak akan berhasil dengan baik“.
Tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepada karyawan haruslah seimbang dengan kemampuan karyawan tersebut. Hal ini akan mendukung terciptanya praktek yang sehat dilapangan.
Tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepada karyawan haruslah seimbang dengan kemampuan karyawan tersebut. Hal ini akan mendukung terciptanya praktek yang sehat dilapangan.
2. Penilaian Resiko Bahan Baku dan Barang Jadi
Penilaian resiko adalah proses
mengidentifikasi, menganalisa dan mengatur resiko yang mempengaruhi tujuan
perusahaan. Resiko bisa timbul apabila elemen pemrosesan transaksi bahan baku
dan barang jadi tidak dirancang dengan baik, pelimpahan tanggungjawab
organisasi kepada orang yang tidak tepat karena pihak manajemen perusahaan
menerima informasi yang tidak akurat.
3. Informasi dan Kominikasi atas Bahan Baku dan
barang jadi
Informasi dan Komunikasi atas
bahan baku dan barang jadi merupakan kegiatan dari sistem akuntansi perusahaan.
Kegiatan akuntansi merupakan sumber dari informasi dan menghasilkan komunikasi
atas bahan baku dan barang jadi. Sistem Akuntansi terdiri dari metode dan
prosedur pencatatan untuk mengidentifikasi , menyusun, menganalisa,
mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi perusahaan dan untuk
mempertahankan akuntabilitas terhadap asset dan passiva.
Sistem akuntansi dirancang dan
dibuat bukan hanya untuk menghasilkan saldo buku besar sebgai bahan penyusunan
laporan keungan, namun juga dapat dijadikan sebagai pengendalian manajemen dan
sumber informasi operasional. Informasi dan komunikasi atas bahan baku dan
barang jadi dalam sistem akuntansi dimulai dari dokumentasi. Prosedur akuntansi
harus dikedepankan sehingga kebijakan dan instruksi bisa secara tegas diketahui
dan diterapkan secara seragam sehingga tidak membingungkan informasi dan
komunikasi dalam perusahaan. Informasi harus dirancang dengan baik dimulai
dengan perancangan formulir yang rinici dan ditegaskan kedalam buku besar
sehingga menghasilkan laporan yang dapat dijadikan informasi. Informasi yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak
manajemen untuk selanjutnya dikomunikasikan ke lingkungan pengendalian bahan
baku dan barang jadi. Informasi dan komunikasi atas bahan baku dan barang jadi
dalam perusahaan manufaktur antara lain menyangkut metode pencatatan dan metode
penilaian.
4. Aktivitas Pengendalian Bahan Baku dan Barang
Jadi
Aktivitas pengendalian meliputi
kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa kebijakan manajemen telah
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ditujukan untuk mengendalikan resiko yang
mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Tujuan aktivitas pengendalian
yaitu:
a. Rencana
organisasi meliputi pemisahan kewajiban untuk mengurangi kesempatan untuk
mengijinkan seseorang berada dalam posisi baik untuk melakukan atau menutupi
kesalahan atau hal tidak biasa dalam tindakan normal kewajibannnya.
b. Prosedur
meliputi rancangan dan penggunaan doukumen dan catatan yang memadai untuk
membantu menjamin pencatatan transaksi dan kejadian dengan tepat.
c. Akses
kepada asset hanya diijinkan bila sesuai dengan otorisasi manajemen.
d. Pemeriksaan
dan ulasan independen dibuat atas akuntabilitas asset dan prestasi.
e. Pengendalian
pemrosesan informasi diterapkan untuk memeriksa otorisasi yang tepat, akurasi
dan kelengkapan dari transaksi individual.
Aktivitas
pengendalian bahan baku dan barang jadi dapat dijabarkan dalam empat unsur
yaitu :
a. Pengendalian
Pemrosesan Informasi.
b. Pemisahan
Tugas yang memadai
c. Pengendalian
fisik atas bahan baku barang jadi
d. Review
atau telaah Kinerja.
a. Pengendalian Pemrosesan Informasi
Setiap transaksi bahan baku dan barang jadi harus diotorisasi dengan
tepat dan pantas. Jika transaksi bahan baku dan barang jadi dilakukan tidak
mengikuti peraturan dan informasi yang diberikan dan tidak adanya otorisasi
yang jelas, maka akan terjadi kekacauan pencatatan dan prosedur transaksi. Otorisasi
dapat berlaku umum atau pun khusus. Otorisasi umum adalah dimana manajemen
menyusun kebijakan bagi seluruh bagian organisasi untuk ditaati, sedangkan
otorisasi khusus dilakukan terhadap transaksi individual. Otorisasi umum
biasanya tercermin dalam dokumen transaksi yang bersifat umum. Persetujuan
merupakan kebijakan dalam pengendalian pemrosesan informasi setelah otorisasi
diberikan. Persetujuan biasanya dibuat setelah adanya otorisasi dan digunakan
untuk mendeteksi transaksi aktivitas yang tidak sah. Persetujuan diperlukan
untuk menjamin bahwa karyawan beroperasi dalam lingkup kewenangan mereka.
Dalam melakukan pengendalian pemrosesan informasi terhadap bahan baku
dan barang jadi maka perlu diketahui sistem dan prosedur dari akuntansi bahan
baku barang jadi . Menurut Mulyadi (2001 : 559 ) sistem dan prosedur akuntansi
persediaan yaitu :
1) Prosedur
pencatatan produk jadi yang dijual.
2) Prosedur
pencatatan harga pokok jadi yang dijual
3) Prosedur
pencatatan harga pokok jadi yang diterima kembali dari pembeli.
4) Prosedur
pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam
proses.
5) Prosedur
pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
6) Prosedur
pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan pemasok.
7) Prosedur
permintaan dan pengeluaran barang gudang.
8) Prosedur
dan pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang
gudang
9) System
penghitungan fisik persediaan.
Semua prosedur dan sistem diatas dimulai dengan catatn dokumen yang
menggambarkan sistem akuntansi bahan baku dan barang jadi. Catatan dan dokumen
merupakan objek fisik dimana dimulai suatu transaksi, kegiatan sistem bahan
baku dan barang jadi yang dimasukkan dan di iikhtisarkan dan merupakan sumber
awal dari suatu informasi dan dikomunikasikan sebagai pengendalian bahan baku
dan barang jadi . Ini semua mencakup bukti transaksi dan catatan berupa
laporan-laporan mulai dari pengadaan bahan baku dan barang jadi. Dokumen
sebagai bukti transaksi harus harus bisa memberikan keyakinan memadai bahwa
seluruh transaksi otorisasi dengan pantas dan benar kemudian dicatat. Dokumen dan
catatan sebaiknya disiapkan pada saat terjadinya transaksi atau segera
sesudahnya, agar lebih dipercaya dan menghindari kekeliruan , cukup sederhana
dan jelas untuk dimengerti , multiguna dan dirancang dalam bentuk yang
mendorong penyajian yang benar . Misalnya dokumen harus berisi petunjuk arah
yang tepat, ruang kosong untuk otorisasi / persetujuan serta ruang khusus yang
dirancang untuk data numeris.
Dokumen harus dapat digunakan multiguna , maka harus dirancang agar
setiap penyiapan satu dokumen asli akan langsung menghasilakan sejumlah salinan
yang dibutuhkan. Setiap bukti transaksi harus didukung satu atau lebih dokumen
pendukung , misalnya bukti pembelian bahan baku, harus didukung oleh faktur
pembelian, surat pesanan surat order pembelian, bukti permintaan dan dokumen
pendukung lainya. Kegiatan lain dari pengendalian pemrosesan informasi yang
harus dilakukan adalah pengecekan independen yang dapat dilakukan secara rutin
atau periodik terhadap catatan-catatan yang dipegang oleh orang yang berbeda
yang saling mendukung atau mengecek. Pengecekan independen dapat dilakukan oleh
pihak internal perusahaan atau eksternal. Pengecekan inependen meliputi
verifikasi atau pembuktian pekerjaan yang dapat dilakukan secara rutin atau
periodik terhadap catatan-catatan yang dipegang oleh orang yang berbeda yang
saling mendukung atau saling mengecek Pengecekan independen dapat dilakukan
oleh pihak internal perusahaan atau eksternal. Pengecekan independen meliputi
verifikasi atau pembuktian pekerjaan yang telah dilakukan oleh bagian tertentu
dan pengecekan kesesuaian dokumen-dokumen. Pengecekan harus dilakukan setiap
pihak yang terlibat dalam pengelolaan bahan baku dan barang jadi.
Bentuk pengecekan terhadap bahan baku yang biasanya dilakukan adalah
pemeriksaan fisik bahan baku dan dibandingkan dengan kartu gudang dan kartu
bahan baku yang tersimpan di masing-masing bagian .
b. Pemisahan
Tugas Yang Memadai
Pemisahan tugas dilakukan untuk memberikan pengecekan silang atas
pekerjaan pihak lain dan menghindari karyawan melakukan duplikasi pekerjaan.
Pemisahan tugas juga merupakan bagian yang mendukung pengendalian intern. Pemisahan
tugas yang memadai dalam pengelolaan bahan baku dapat dilihat dari pencatatan
yang dilakukan oleh bagian gudang dan bagian akuntansi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari manipulasi harga pokok bahan baku dan penggelapan bahan baku.
Bagian gudang hanya diberikan kartu gudang yang berisi informasi tentang
kuantitas bahan baku, sedangkan bagian akuntansi diberikan kartu persediaan
yang mencatat kuantitas bahan baku dan harga pokoknya, hal ini sebagai kontrol
terhadap bagian gudang. Bagian pembelian tidak begitu saja melakukan pembelian,
pembelian dilakukan ketika ada permintaan bahan baku dari bagian gudang.
Pada dasarnya pemisahan tugas merupakan pengendalian terhadap
masing-masing bagian yang dilaksanakan dengan memisahkan fungsi-fungsi pokok
dalam pembelian, penyimpanan dan akuntansi. Suatu transaksi akan dilaksanakan
oleh fungsi pembelian jika ada otorisasi dari yang berwenang, hasil transaksi akan
disimpan oleh fungsi penyimpanan dan transaksi yang terjadi akan dicatat oleh
fungsi akuntansi. Dalam pemisahan tugas / fungsi pada pengendalian bahan baku
dan barang jadi ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan yaitu:
A.
Bahan
Baku
1.
Prosedur
Pembelian Bahan Baku
Berdasarkan Surat permintaan pembelian dari bagian gudang, bagian
pembelian membuat permintaan penawaran harga dan dikirimkan kepada pemasok,
setelah menerima permintaan penawaran harga, pemasok membuat penawaran harga
dan mengirimkanya kebagian pembelian. Setelah menerima penawaran harga dan
mengirimkannya ke bagian pembelian. Setelah menerima penawaran harga dari
pemasok maka bagian pembelian membuat surat order pembelian rangkap enam dengan
distribusi sebagai berikut :
a.
Lembar 1 dan 2 dikirim ke pemasok/supplier,
b.
Lembar 3 dikirim ke bagian akuntansi,
c.
Lembar 4 dikirim ke bagian gudang,
d.
Lembar 5 dikirim ke bagian penerimaan barang
e.
Lembar 6 menjadi arsip bagian pembelian.
2.
Prosedur
Penerimaan Bahan Baku
Setelah barang yang dipesan
datang, maka bagian penerimaan barang melakukan penghitungan kuantitas barang
tersebut dan mencocokkannya dengan surat order pembelian yang diterimanya dari
bagian pembelian. Apabila barang yang diterima sudah sesuai dengan yang
dipesan, bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang rangkap tiga,
lembar 1 dikirim ke bagian pembelian, lembar 2 dikirim kebagian gudang beserta
barangnnya dan lembar 3 beserta surat order pembelian lembar 2 diarsipkan oleh
bagian penerimaan sebagai arsip. Bagian gudang mencocokkan barang yang diterima
dengan laporan penerimaan barang dan surat order pembelian, mencatat laporan
penerimaan barang dan surat order pembelian ke dalam kartu gudang, kemudian
menyerahkan laporan penerimaan barang yang sudah ditandatangani kepala gudang
ke bagian akuntansi/utang. Bagian pembelian setelah menerima faktur dari
pemasok mencocokkannya dengan laporan penerimaan barang dari bagian penerimaan,
kemudian menyerahkan faktur ke bagian akuntansi dan mengarsipkan laporan
penerimaan barang.
3.
Prosedur
Pengeluaran Bahan Baku
Prosedur
Pengeluran bahan baku adalah sebagai berikut:
a.
Berdasarkan daftar kebutuhan bahan baku, bagian
produksi membuat bukti pengeluaran barang rangkap 3, ditandatangani oleh kepala
bagian kemudian diserahkan kebagian gudang.
b.
Bagian gudang mengisi jumlah barang yang
dikeluarkan, menandatangani bukti pengeluaran barang dan menyerahkan barang
yang diminta. Bukti penerimaan barang yang sudah ditandatangani, lembar 1
dikirim ke bagian akuntansi/persediaan, lembar 2 sebagai arsip bagian gudang dan
lembar 3 dikirim ke peminta barang.
c.
Berdasarkan lembar 2 bukti pengeluaran barang,
bagian gudang mencatat pengeluaran barang pada kartu gudang.
4.
Prosedur
Pencatatan Bahan Baku
Bagian akuntansi mencocokkan
faktur dengan surat order pembelian dari bagian pembelian serta laporan
penerimaan barang yang telah ditandatangani oleh kepala gudang, kemudian
membuat bukti kas keluar 3 lembar bukti kas keluar lembar 1 dicatat ke register
bukti kas, bukti kas keluar lembar 2 ke bagiaan katu persedian untuk pencatatan
persediaan kedalam kartu persediaan dan dan bukti kas lembar 3, SOP lembar 4, LPB
lembar 1 serta faktur diarsipkan sebagai bukti kas keluar yang belum dibayar.
B. Barang Jadi
1. Prosedur Order Penjualan Barang Jadi
Dalam prosedur ini fungsi
penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting surat
order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat Faktur Penjualan Barang
jadi dan mengirimkannya ke berbagai fungsi sebanyak 5 lembar diantaranya lembar
1 dan 2 untuk fungsi/bagian pengiriman, lembar 3 dan 4 untuk fungsi/bagian
gudang, lembar 5 untuk arsip untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan
kontribusi dalam melayani order dari pembeli.
2. Prosedur Pengiriman
Dalam prosedur ini fungsi gudang
menyiapkan barang yang diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman
mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam
faktur penjualan barang jadi yang diterima dari fungsi gudang dan bagian order
penjualan. Pada saat penyerahan barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan
penerimaan barang dari pembeli diatas faktur penjualan barang jadi.
3. Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan yaitu lembar 1
dan 2 dari bagian pengiriman yang sudah di tandatangani oleh pelanggan ke dalam
kartu piutang.
4. Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan barang
jadi dan mengarsipkannya menurut Abjad. Secara periodik fungsi penagihan
membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pembeli dilampiri dengan faktur
penjualan barang jadi.
5. Prosedur pencatatan penjualan
Dalam
prosedur ini fungsi akuntansi mencatat transaksi penjualan barang jadi ke dalam
jurnal penjualan.
Ø
Pengendalian Fisik atas Bahan Baku dan Barang
jadi
Bentuk pengendalian fisik terhadap
bahan baku dan barang jadi dilakukan dengan menghitung jumlah kuantitas bahan
baku dan barang jadi yang ada (stock opname). Stock opname dilakukan oleh
bagian-bagian yang terkait dengan pengelolaan bahan baku dan barang jadi
kemudian hasil stock opname dituangkan dalam laporan hasil opname fisik dan
ditandatangi oleh bagian-bagian yang melakukan opname fisik.
Ø
Review Kinerja
Review kinerja atau telaah kinerja
adalah merupakan bagian dari pengendalian administrasi , dimana pada review
kinerja pihak manjemen perusahaan melakukan telaah /analisa terhadap
laporan-laporan yang dibuat oleh masing-masing bagian yang menyangkut tentang
pelaporan bahan baku. Bentuk telaah/analisa ini dapat dilakukan dengan
membandingkan antara anggaran pemakaian bahan baku dan penjualan barang jadi apakah
mereka telah bekerja secara optimal. Disamping itu telaah kinerja ini juga
bertujuan menilai efektivitas pencapaian tujuan perusahaan.
Ø
Pemantauan Terhadap Bahan Baku dan Barang jadi
Pemantauan terhadap aktivitas
pengelolaan bahan baku ini biasanya dilakukan oleh manajemen melalui
pengendalian internal yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI)
perusahaan. Pemantauan ini bertujuan untuk melihat apakah sistem yang telah
ditetapkan manajemen sehubungan dengan pengendalian bahan baku dan barang jadi
berjalan sebagaimana mestinya. Hasil pemantauan tersebut dapat dijadikan
sebagai masukan bagi manajemen untuk mengambil keputusan dalam
tindalan-tindakan perbaikan yang diperlukan.
Ø
Pengendalian Melalui Anggaran
Anggaran sebagai alat manajemen
untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, adapun tujuan dari pengendalian
itu sendiri adalah untuk memastikan pencapaian tujuan, sasaran, dan standar
perushaan. Adapun pengertian anggaran menurut T. Sirait Justine (2006:6)
:“Anggaran adalah rencana kegiatan perusahaan, rencana ini mencakup berbagai
kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama
lain”. Sedangkan menurut Munandar (2000:1):“ Anggaran adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang
dinyatakan dalam unit(kesatuan)moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)
tertentu yang akan datang”. Jadi anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan yang dibuat suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan pengrtian pengendalian menurut T. Sirait Justine (2006:5)
“Pengendalian adalah sebagai suatu proses mengukur dan mengevaluasi untuk kerja
nyata setiap organisasi, dan mengambil tindakan koreksi jika diperlukan”.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan Anggaran, laporan khusus atau
evaluasi pribadi.
Proses pengendalian Anggaran
biasanya mengikuti tahapan-tahapan berikut :
a.
Membandingkan realisasi untuk jangka waktu
tertentu dengan sasaran yang direncanakan.
b.
Membuat laporan realisasi yang menunjukkan hasil
aktual, hasil yang direncanakan, dan perbedaannya.
c.
Menganalisis penyimpangan dan mencari
penyebabnya.
d.
Membuat alternatif tindakan perbaikan.
e.
Memilih tindakan perbaikan dari sejumlah
alterntif yang ada.
f.
Melakukan tindakan lanjut untuk menilai
efektifitas perbaikan yang dilakukan, yang kemudian dilanjutkan dengan umpan ke
muka (feed forward) untuk membuat rencana berikutnya.
a)
Manfaat
Anggaran sebagai alat pengendalian
Anggaran berfungsi sebagai tolak
ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai atau mengevaluasi realisasi
kegiatan perusahaan. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang didalam
anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah
dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja.
Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara
anggaran dan realisasi kerja terhadap rencana yang telah digariskan.
Penyimpangan-penyimpangan itu sendiri ada yang bersifat positif
(menguntungkan), yaitu apabila realisasi kerja justru lebih bagus dari pada
yang direncanakan, dan ada yang bersifat negatif (merugikan) yaitu apabila
realisasi kerja kurang bagus jika dibandingkan dengan rencana yang telah
ditetapkan, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan
yang dimilki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana atau anggaran
selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat.
b)
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran
Sebagaimana telah diutaranakan
dimuka, suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik bila mana taksiran-taksiran
(forecast) yang termuat didalamnnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda
dengan realisasinya. Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat,
diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman, yang merupakan
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun anggaran. Adapun
faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
ialah:
1.
Faktor-faktor Intern
2.
Faktor-faktor Ekstern
Faktor-faktor intern, yaitu data ,
informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
1)
Penjualan tahun-tahun yang lalu.
2)
Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan
dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan
saluran distribusi.
3)
Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
4)
Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik
jumlahnya maupun keterampilan dan keahlianya.
5)
Modal kerja yang dimiliki perusahaan.
6)
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan.
7)
Kebijaksanaan-kebijaksanaan peusahaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran,
di bidang produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi maupun
dibidang personalia.
Sampai batas-batas tertentu perusahaan dapat mengatur dan menyesuaikan
faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan unuk masa yang akan datang.
Oleh sebab itu faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai faktor yang
dapat diatur (controlable).
0 comments:
Posting Komentar