-->

ABU TUMIN - H. MUHAMMAD AMIN MAHMUD BLANG BLAH DEH

Posted by Sarjana Ekonomi on Kamis, 04 Desember 2014

Abu Tumin - H. M. Amin Mahmud Blang Blah Deh

yang akrab dengan panggilan Abu Tumin. beliau salah satu murid Abuya Syeikh Muda Waly Al Khalidy (ulama paling berpengaruh dalam melahirkan Ulama di Aceh) dan beliau satu-satunya murid Abuya Syeikh Muda Waly yang masih tersisa di Aceh dan beliau tercatat sebagai Ulama Aceh yang paling senior dan paling tua yang masih tersisa berusia lebih kurang sekitar 85 tahun. Beliau juga merupakan murid Abu Hasan Krueng Kale (Syaikh Muhammad Hasan al-Aasyie al-Falaki) yang ikut aktif berjuang menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sehubungan dengan sapaan ini (Tumin) beliau sendiri benar berkelakar, kira-kira begini ucapan beliau, “Ka dumno tuha, hana dihei Tgk (saya sudah tua begini gak dipanggil Tgk)..”. Spontan saja kami yang berada dihadapan beliau tak sanggup menahan tawa yang membuat riuh ruang rumah Beliau.


Dalam berbicara beliau memiliki ciri khas, gaya bicaranya halus tidak blak-blakan dan bijaksana. Walaupun usia sudah sangat tua, tapi waktu beliau berdiri dan berjalan tubuh beliau masih tegak tidak membungkuk, dan tidak perlu memakai tongkat dan semangatnya seakan masih muda. 

Beliau merupakan pemimpinnya Ulama Aceh dan ini terbukti ketika ada forum-forum pertemuan Ulama beliau begitu sangat menonjol dan beliau merupakan ulama yang ahli dibidang ilmu Fiqh, khususnya madzhab Syafi’i. Dalam banyak masalah beliau sangat gigih mempertahankan pendapat yang kuat dalam madzhab Syafi’i ketika terjadi kontroversi antar sesama Ulama Aceh . 

Selain ahli dibidang fiqh, beliau juga seorang yang sangat mahir dibidang tauhid, sangat menguasai kitab Syarah Al-Hikam karangan Syaikh ‘Ataillah As-Sakandari, mudah dicerna ketika beliau menerangkan tentang kalam-kalam hikmah yang terkandung dalam kitab tersebut. Beliau juga seorang Ulama ahli Thariqat Al-Haddadiyah.

Beliau merupakan pimpinan dayah (pesantren) Al Madiinatuddiniyah Babussalam, Blangbladeh, Kec.Jeumpa, Kab.Bireuen yang merupakan induk dari beberapa dayah salafiah di Aceh yang sudah mendidik santri sejak zaman Belanda. Awalnya, dayah tersebut didirikan Tgk H Imam Hanafiah pada tahun 1890. Setelah Tgk Imam Hanafiah meninggal, estafet kepemimpinan dayah itu dilanjutkan anaknya Tgk Mahmudsyah. 

Sejak Tgk Mahmudyah meninggal hingga sekarang dayah itu dipimpin anaknya yaitu Tgk Muhammad Amin atau yang lebih dikenal dengan Abu Tumin. Abu Tumin adalah cucu Tgk Imam Hanafiah. “Dayah ini adalah dayah salafiah yang terus berupaya melahirkan kader-kader ulama dan berjuang keras agar syariat Islam tidak hanya sebatas wacana,” ujar Abu Tumin menjawab wartawanSerambi Indonesia.
Dayah yang berciri khas pengajian ilmu fiqih, tauhid, dan tafsir dalam rentang waktu yang sudah mencapai 121 tahun mendidik generasi muda, dayah itu sudah dikenal luas dan telah ada belasan dayah lain yang merupakan cabang dari dayah tersebut.

Dayah yang berada di kompleks Masjid Blang Bladeh itu, memiliki beberapa bangunan bertingkat selain tempat penginapan santri dan balai pengajian. Bahkan, dayah itu dibangun pada dua lokasi terpisah, yaitu satu untuk putra yang disebut Al Madiinatuddiniyah Babussalam Putra yang ada di Desa Kuala Jeumpa, dan satu lagi Babussalam Putri yang berada di Blang Bladeh. Sebagai orang yang dianggap sebagai tokoh ulama Aceh dan Bireuen, Abu Tumin selain memimpin dayah itu secara terjadwal dirumah beliau untuk guru-guru yang mengajar mulai dari hari Senin-Kamis, beliau juga memimpin pengajian di rumahnya selepas shalat jum’at untuk kaum ibu-ibu yang berdatangan sesak penuh kerumah beliau dan setiap bulan diundang untuk memimpin pengajian akbar yang diikuti oleh Ulama dan Umara di Kampung Beusa Seubrang, Peureulak, Aceh Timur dan ditempat-tempat lain. 


Pada akhir/awal nama dayah-dayah di Aceh, ada tiga sebutan populer yang disandingkan bergandengan namanya yaitu Madinatuddiniyah adalah bagian dari Al Madinatuddiniyah Babussalam Bireuen, Darusaa’adah adalah cabang dari Darussaa’adah Teupin Raya (Pidie), dan Al-Aziziyah adalah cabang dayah Mudi Mesra Samalanga Bireuen. “Tiga sebutan itu masing-masing memiliki ciri khas tersendiri,” ujar Abu Tumin.
Kita doakan beliau agar selalu sehat, sanggup membina dan mendidik umat ke jalan kebenaran yang ber'tiqad Ahlussunnah Waljama'ah. Aamiin.
Previous
« Prev Post

Related Posts

Kamis, Desember 04, 2014

0 comments:

Posting Komentar