-->

FAKTA ! TERNYATA NAMA-NAMA PRESIDEN RI SUDAH DARI DULU DI RAMAL OLEH LELUHUR JAWA

Posted by Sarjana Ekonomi on Kamis, 23 Februari 2017

Dalam ramalan leluhur Jawa, disebutkan nama-nama yang memimpin Indonesia, yakni: Pertama: Satria Kinunjara Murwa Kuncara. Kedua: Satria Wibawa Kesandung Kesampar. Ketiga: Satria Jinumput Sumela Atur. Keempat: Satria Piningit Hamong Tuwuh. Kelima: Satria Lelana Tapa Ngrame. Keenam: Satria Boyong Pambukaning Gapura. Ketujuh: Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu.

Saya terus terang tidak tahu dari mana sumber ramalan itu. Orang yang memberitahuku tentang ramalan itu adalah Pak H. Ludjiono dari Situbondo, Jawa Timur. Dia memberitahukan itu tanggal 27 Desember 1998, saat aku masih jomblo meski sudah sarjana.

Pak H. Ludjiono dengan tepat meramal bahwa presiden Indonesia keempat adalah Gus Dur. Dia meramalkan bahwa Satria Piningit itu adalah Gus Dur dengan alasan bahwa Gus Dur setelah menjadi presiden akan jarang keluar (piningit = di dalam ruangan, tidak keluar), mengatur pemerintahan cukup di rumah saja. Tapi soal arti piningit ini ternyata ramalan Pak H. Ludjiono keliru. Ternyata Gus Dur malah sering melakukan perjalanan diplomatik ke luar negeri. Para pengitiknya menuduh Gus Dur suka jalan-jalan berwisata ke luar negeri. Tentu itu tuduhan orang-orang bodoh. Gus Dur itu tidak jelas penglihatannya, bagaimana dia mau melihat-lihat menikmati keadaan di luar negeri?

Baiklah, saya akan sedikit membahas ramalan-ramalan itu. Presiden pertama Indonesia, Bung Karno dikategorikan sebagai Satria Kinunjara Murwa Kuncara. Kinunjara Murwa Kuncara itu gampangnya artinya adalah “dipenjara tetapi menjadi terkenal”. Iya benar. Bung Karno kan memang pernah dipenjara dan di buang pada jaman colonial Belanda. Dia menjadi sangat terkenal di dalam dan luar negeri.

Presiden kedua adalah Satria Wibawa Kesandung Kesampar itu adalah Suharto. Benar, Suharto itu orang yang berwibawa di mata dunia pada saat dia menjabat presiden. Rakyat Indonesia juga menghormatinya, ada pula rakyat yang takut karena kekejaman militernya. Dia didemo para mahasiswa dan aktivis sehingga meletakkan jabatannya dan tersandung dugaan kasus korupsi. Dia ditolong oleh Jaksa Agung Abdurahman Saleh yang menetapkan menghentikan pengusutan perkara korupsinya dengan alasan bahwa Suharto sakit permanen.

Lalu setelah Suharto, presiden ketiga adalah Satria Jinumput Sumela Atur. Dari namanya saja mengandung makna bahwa satria itu jinumput atau dijumput atau diambil cuma sebentar, lamanya hanya seperti orang menyela pembicaraan atau omongan sela (sumela atur). Dia adalah BJ Habibie yang segera menyelenggarakan Pemilu untuk membentuk pemerintahan reformasi.

Selanjutnya presiden keempat adalah Satria Piningit Hamong Tuwuh, yakni Gus Dur tersebut. Mungkin loh ya, makna piningit itu tidak dalam arti dipingit sungguhan. Tapi Gus Dur itu diperlakukan seperti orang yang dipingit karena tidak dibiarkan keluar ke mana-mana sendiri, melainkan selalu harus ditemani. Hamong tuwuh itu artinya orang yang melakukan sesuatu yang menumbuhkan. Barangkali tuwuh yang dimaksudkan adalah reformasi yang menumbuhkan demokrasi baru.

Presiden kelima adalah Satria Lelana Tapa Ngrame. Kok Megawati? Bukannya Megawati itu wanita, kenapa dikatakan satria? Bukannya satria itu cowok? Saya pernah diskusikan itu dengan kawan saya di Bali sewaktu saya membantunya melayani kaum tani di Desa Munduk jaman dulu saat saya membahas dengannya tentang ramalan sastra Jawa itu. Dia bilang katanya meski wanita tapi jiwa Megawati adalah jiwa kesatria. Baiklah saya nurut saja. Apa artinya Satria Lelana Tapa Ngrame itu? Yakni satria yang suka berkelana, dia bertapa atau tirakat dalam keramaian dengan bergaul dengan masyarakat. Tapi ternyata kenyataannya tidak begitu. Tapa ngrame yang dilakukan Megawati ternyata adalah suka diam, tak rame-rame dalam bicara. Irit ngomong.

Presiden keenam adalah Satria Boyong Pambukaning Gapura. Boyong itu artinya pindahan. Pambukaning gapura artinya membuka pintu gerbang. Dialah SBY. Memboyong demokrasi Indonesia dari demokrasi Pancasila ke demokrasi liberal dengan pemilihan presiden secara langsung. Dia memimpin pembukaan gerbang demokrasi liberal yang dahulu ditolak oleh para pendiri negara ini. Demokrasi liberal Indoneaia tersebut diarsiteki oleh para ahli hukum tata negara macam Prof. Laica Marzuki, Prof. Harun Alrasyid, Prof. Mahfud MD, Prof. Jimmly Ashshidiqi dan lain-lainnya dengan mencontoh gaya demokrasi Amerika Serikat. Memang nggak kreatif. Gak mau ngarang demokrasi gaya rakyat Indonesia sendiri. Mengapa rakyat tidak dimintai pendapatnya?

Lalu Presiden ketujuh adalah Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu. Saya kesulitan mencocokkan makna nama ini dengan pribadi dan karakter Jokowi. Pinandhita itu artinya adalah orang yang berkarakter pendeta. Mana ada pendeta yang mengingkari janji kampanye? Apalagi sinisihan wahyu itu artinya adalah selalu didampingi oleh wahyu. Wahyu adalah petunjuk atau anugerah Tuhan, bisa berbentuk firman Tuhan atau sesuatu yang bersifat sakral yang melekat masuk ke dalam jiwa seseorang. Orang yang didampingi oleh wahyu adalah orang yang tidak gampang ngomong, “Kalau jadi presiden akan lebih gampang ngurus banjir Jakarta!” atau “Gampang bikin e-government! Kerahkan para programmer, dua minggu selesai!” atau “Kita hentikan impor pangan!” atau “Kita stop utang luar negeri!” Tapi ternyata buusss buusss buuussss……… Ya sudahlah kita maafkan saja itu.

Artinya, ramalan sastra Jawa itu akhirnya meleset, tidak pas dengan kenyataan. Apalagi setelah presiden ketujuh mestinya ada lagi presiden kedelapan dan seterusnya yang tidak dicover dalam ramalan itu. Mungkin waktu meramal sudah ngantuk, jadi ya nggak bisa banyak-banyak.

Nah, kira-kira siapakah presiden Indonesia kedelapan? Saya sebagai orang Jawa meramalkan Rhoma Irama orangnya. Dia adalah Satria Bergitar. Ini saya serius. Rhoma melihat kondisi Indonesia yang makin semrawut. Banyak terjadi perusakan lingkungan demi memperkaya para naga besar yang menjadi donor kekuasaan. Korupsi makin tak terbendung. Para penegak hukum tak bisa diandalkan, bahkan mereka menjadi bagian dari masalah negara.

Di saat-saat semrawut begitu Satria Bergitar mengadakan show keliling seluruh Indonesia, mengorganisir para pemuda, membentuk laskar-laskar bergitar. Rhoma mengubah nama partainya dari Partai Idaman menjadi Partai Raja. Raja = Rakyat Jaya. Para laskar itu pula yang memperkuat partainya di seluruh Indonesia.

Dalam pilpres, Partai Raja mencalonkan Rhoma Irama menjadi presiden sehingga akhirnya terpilih. Lalu Satria Bergitar menyusun hukum darurat. Dia mengumpulkan Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua MA, Ketua MK, Panglima TNI, para Gubernur, Kapolri, para pemimpin Laskar Bergitar, para kyai, para pendeta, semua diajak bersumpah setia kepada NKRI dan hukum darurat. Dalam hukum darurat itu Rhoma membuat Dewan Revolusi Negara yang strukturnya sampai ke daerah-daerah seluruh Indonesia, membuat kebijakan penyederhanaan partai politik menjadi tiga partai, memecat seluruh personel Kejaksaan dan Kepolisian serta melakukan rekrutmen ulang yang dilakukan oleh Dewan Revolusi Negara.

Untuk sementara Satria Bergitar sebagai Pemimpin Dewan Revolusi Negara meminta Ketua MA memecat seluruh hakim dan pegawai pengadilan serta melakukan rekrutmen ulang. Orang-orang lama para pegawai dalam lembaga eksekutif dan yudikatif diganti dengan yang baru yang lebih jujur dan berkualitas.

Dewan Revolusi Negara juga melakukan nego ulang dengan para investor yang menguasai sumber daya alam strategis untuk dipaksa agar mau tunduk kepada skema baru, yakni mereka para investor diubah kedudukannya menjadi korporasi buruh di bawah kendali perusahaan negara. Sistemnya adalah upah kerja, bukan bagi hasil. Jika para investor menolak maka diusir dari Indonesia.

Dewan Revolusi Negara juga membentuk Tim-Tim penyelamatan ekologi dan ekonomi negara. Pembangunan negara dilakukan dengan gotong-royong investasi rakyat mandiri. Para ahli ekonomi kerakyatan dikerahkan untuk membuat rancang bangun ekonomi kerakyatan yang efisien yang disebut sebagai ekonomi musyawarah dan gotong-royong.

Penguasaan tanah yang dominan oleh partikelir ditata ulang, dilakukan redistribusi tanah dan harga tanah ditentukan negara. Tanah-tanah terlantar dibagikan kepada para petani. Para narapidana dipekerjakan dalam proyek-proyek pemerintah. Perikanan, pertanian, kerajinan rakyat dan pariwisata dibangun menjadi andalan ekonomi negara. Dibentuk zona-zona ekonomi rakyat dengan ciri-ciri khas dan prioritas yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kemampuan.

Para pengkhianat revolusi akan diadili oleh pengadilan revolusi dan diberikan hukuman berupa kerja sosial di proyek-proyek negara yang diawasi secara ketat. Revolusi dijalankan dalam waktu sekitar 10 tahun sambil merombak UUD untuk dikembalikan pada jiwa Pancasila sesuai kehendak rakyat revolusioner. Seluruh rakyat dimintai pendapatnya dengan mengerahkan teknologi informasi yang ada tentang bagaimana demokrasi yang dikehendaki oleh rakyat ke depannya. Arsitektur tata negara Indonesia bukan bersumber dari para professor, tetapi dari aspirasi umum dari rakyat.

Di tangan Satria Bergitar itu, ada Indonesia baru. Rakyat bisa bahagia, riang menari dalam lagu-lagu apa saja, tak harus lagu dangdut. Jika Rhoma Irama tak mau melakukan itu, ya memang TERLALU!
Source From Here
Previous
« Prev Post

Related Posts

Kamis, Februari 23, 2017

0 comments:

Posting Komentar