-->

Makalah Tentang Konsumen

Posted by Sarjana Ekonomi on Jumat, 04 Januari 2013



BAB I
PENGERTIAN DAN JENIS KONSUMEN

1.1. Pengertian Konsumen
Dalam dunia marketing konsumen adalah hal yang perlu diperhatikan, jika suatu perusahaan atau pedagang tidak memiliki konsumen, maka akan sia-sia barang yang diperdagangkan.
Oleh karena itu agar dapat memahami konsumen maka harus mengerti Konsumen itu dan
siapa konsumen itu. Berikut ini adalah pengertian konsumen menurut beberapa ahli, yaitu:
a.       Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi

b.      Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Psikologi konsumen adalah the study of consumer behavior in a relation environment, dimana pada psikologi konsumen membahas tingkah laku individu sebagai konsumen. Psikologi konsumen merupakan merupakan psikologi ekonomi dalam pengertian mikro.
Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat (Hawkins, Best & Coney, 2001)
Definisi lain dari psikologi konsumen adalah kegiatan bersibuk diri secara luas dimana manusia sebagai konsumen dari barang dan jasa.
Sasaran utama dari psikologi konsumen itu adalah perilaku konsumen, misalnya dengan keadaan dan alasannya seseorang tersebut menentukan pilihannya. Karena sasaran utamanya menjelaskan perilaku maka di samping psikologi konsumen juga digunakan istilah perilaku konsumen.


1.2. Jenis-Jenis Konsumen

Setiap manusia pasti berbeda, begitu pula dengan konsumen. Agar dapat memahami konsumen maka harus mengerti dulu jenis-jenis konsumen itu sendiri. Jenis-jenis konsumen adalah sebagai berikut:
a.       Pelanggan/konsumen menurut  UU Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dimasyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
b.      Konsumen trend setter. Tipikal konsumen ini selalu suka akan sesuatu yang baru, dan dia mendedikasikan dirinya untuk menjadi bagian dari gelombang pertama yang memiliki atau memanfaatkan teknologi terbaru.
c.       Berikutnya adalah jenis konsumen yang mudah dipengaruhi, terutama oleh konsumen tren setter, sehingga disebut sebagai follower atau pengikut. Kelompok ini sangat signifikan, karena membentuk persentase terbesar, kelompok ini disebut konsumen Follower. Konsumen ini adalah orang follower. orang yang terimbas efek dari konsumen trend setter.
d.      Sedangkan jenis konsumen yang terakhir (Value seeker), adalah mereka yang memiliki pertimbangan dan pendirian sendiri. Kelompok ini jumlahnya lebih besar dari kelompok pertama, sehingga patut pula diberi perhatian khusus. atau yang disebut konsumen value seeker. Jenis konsumen ini relatif sulit untuk dipengaruhi, karena mereka lebih mendasarkan kebutuhan mereka terhadap alasan-alasan yang rasional.
e.       Konsumen pemula, Jenis konsumen pemula cirinya adalah pelanggan yang datang banyak bertanya. Dan konsumen pemula merupakan calon pelanggan dimasa yang akan datang.
f.       Konsumen curiga, ada konsumen yang datang dengan rasa curiga bahwa Anda menjual barang gelap dengan harga gelap dan untung Anda berlipat. Jadi dia akan menawar di bawah harga kepantasan.
g.      Konsumen pengadu domba, ada jenis konsumen lain lagi, yaitu yang suka mengadu domba. Mungkin karena menganggap anda adalah domba yang layak diadu-adu. Konsumen jenis ini suka mengatakan bahwa harga di tempat lain lebih murah daripada barang yang Anda tawarkan.
h.      Konsumen pengutil, Ada lagi jenis konsumen yang suka mengutil. Dia sering bertanya apa saja, yang pada intinya bertujuan agar Anda bingung dan linglung, dan pada akhirnya setelah konsumen tersebut pergi, Anda mendapatkan ada barang yang hilang.
BAB II
PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaanyang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005).
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumsi dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen

2.1. Konsumtif

Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if) sering diartikan sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.

2.2. Konsumerisme

Konsumerisme adalah suatu gerakan sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak yang bertujuan untuk meningkatkan posisi konsumen dalam berinteraksi dengan pihak penjual, baik sebelum, pada saat, dan setelah konsumsi dilakukan. Konsumen perlu mengetahui hak-haknya secara jelas sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian yang dirasakan pada tiga fase tersebut, konsumen akan dapat mengidentifikasi letak ketidaksesuaiannya, di mana karena sumber permasalahan dapat berasal dari kecerobohan konsumen itu sendiri.
Perkembangan teknologi informasi dan era perdagangan bebas memunculkan masalah konsumerisme baru yang harus diwaspadai oleh berbagai pihak sehingga dapat mencegah dampak yang merusak bagi konsumen

2.3. Pengaruh Lingkungan

Bagaimana lingkungan eksternal tersebut mempengaruhi fokus konsumen dan fokus pesaing serta bagaimana dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah hotel-hotel kelas melati di Surakarta. PaneMan terdahulu menunjukkan adanya pengaruh antara lingkungan ekstemal terhadap fokus konsumen dan fokus pesaing, serta pengaruh positif antara fokus konsumen dan fokus pesaing terhadap kinerja.
Indikator penentu variabel konstruk fokus konsumen dan fokus pesaing sesuai dengan yang digunakan Narver & Slater dan indikator dari kinerja sesuai dengan Day & Wensley. Data diperoleh melalui penelitian survey dengan menggunakan kuesioner. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 107 hotel kelas melati di Surakarta. Teknik analisis data yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Model) yang dioperasikan melalui program AMOS versi 4.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan ekstemal yang terdiri dad pertumbuhan pasar, hostilitas persaingan, daya bell dan konsentrasi pesaing memiliki hubungan signifikan terhadap kinerja.
Implikasi manajerial yang dapat diperoleh dari penelitian hi adalah bahwa dalam kondisi lingkungan ekstemal yang bergejolak, perusahaan lebih memperhatikan faktor daya beli konsumen serta mengambil strategi fokus pesaing untuk mendapatkan keunggulan dalam persaingan.

2.4. Teori Konsumen
Teori konsumen digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan produk- produk yang akan dipilih oleh konsumen (rumah tangga), pada tingkat pendapat dan harga tertentu. Pendekatan utilitas menganggap bahwa kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengkonsumsian barang-barang dan jasa dapat diukur dengan cara yang sama seperti untuk berat atau tinggi badan seseorang. Oleh karena itu pendekat ini disebut juga pengukuran kardinal. Misalnya seseorang yang mempunyai berat badan 100 kg bisa dikatakan mempunyai berat dua kali lebih besar dari pada 100.
Pendekatan kurva indiferens menganggap bahwa tingkat kepuasan atau utilit yang diperoleh konsumen dari pengkonsumsian barang-barang dan jasa hanya dapat dihitung dengan pengukuran ordinal. Misalnya tingkat kecerdasan seseorang.
Pendekatan atribut merupakan pendekatan yang relatif baru. Pendekatan ini menganggap bahwa yang diperhatikan konsumen bukanlah produk secara fisik, tetapi atribut yang terkandung di dalam produk tersebut.
Bilamana memakai pendekatan secara utilitas, pada masa (1748-1832), tidak ada seorang ekonompun yang dapat memahami hubungan antara nilai suatu barang dengan kepuasan yang diperolel dari pengkonsumsian barang tersebut.
Adam Smith  (1723-1790) membedakan nilai guna (value in use) dengan nilai tukar (value in exchange) dan memberikan contoh yang sangat terkenal yakni antara berlian dan air. Berlian mempunyai harga yang tinggi (nilai tukar) tetapi tidak begitu penting bagi kehidupan (nilai gunanya rendah). Air mempunyai harga yang rendah (nilai tukar), tetapi sangat penting bagi kehidupan (nilai gunanya tinggi).
David Ricardo (1722-1823) dan kemudian Karl Marx (1818-1883) menganggap konsep nilai ini didasarkan pada nilai kerja (congealed labor).
Menurut Marx, jika kita membutuhkan 2 tenaga kerja untuk menghasilkan barang X dan hanya membutuhkan 1 tenaga kerja untuk menghasilkan barang Y, maka nilai barang X adalah dua kali nilai barang Y.
Namun demikian, banyak ekonomi yang tidak menyukai pendapat ini. Adalah seorang ekonom Inggris yang bernama William Stanley Jevons (1835-1882) yang menjelaskan hubungan antar utilitas dan harga (nilai tukar). Dalam papernya yang disampaikan untuk The British Association for the Advancement of Science pada tahun 1862, dia memperkenalkan konsep utilitas marginal (marginal utility).
Ia mengatakan bahwa utulitas marginal-lah yang berhubungan dengan harga.  Adapun asumsi-asumsi pendekatan utilitas, tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya: Utilitas = U (barang X, barang Y, barang Z …..). Pertama, konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada kendala anggarannya. Kedua, utilitas dapat diukur secara kardinal. Dalam kaitan diatas tadi, bahwasanya tinggi rendahnya mutu kehidupan yang dapat dicapai oleh seseorang, satu keluarga, satu masyarakat atau satu bangsa, sebagian besar tergantung pada kebijaksanaannya dalam meletakkan ketentuan terhadap pemakaian barang keperluan hidupnya.



BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat. Karena manusia ini adalah makhluk sosial, jadi diperlukan interaksi antara penjual dan konsumen ini sudah dapat dilihat dalam bab-bab makalah ini.

3.2.  Saran
Penulisan makalah ini menunjukkan hal yang berkaitan dengan apa-apa saja mengenai perilaku konsumen, teori konsumen, jenis-jenis konsumen serta pengaruh lingkungan yang terkait tentang perilaku konsumen yang baik antara penjual, sehingga dapat mendorong munculnya penulisan makalah yang sejenis dalam pemberi informasi yang lebih baik lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku konsumen.



DAFTAR PUSTAKA



Bpk. Arus Akbar Silondae, SH., L.L.M. dan Ibu Andi Fariana, S.H., M.H. Aspek Hukum dalam Ekonomi & Bisnis. Mitra. Wacana Media

Kartika S,Elsi dan Advendi.Hukum Dalam Ekonomi (Edisi II Revisi).Grasindo

Previous
« Prev Post

Related Posts

Jumat, Januari 04, 2013

0 comments:

Posting Komentar